Gamelan
Kamis, 16 Desember 2021 18:01 WIB
Penulis:Pratiwi
SEMARANG (sijori.id) - Dosen ISI Surakarta sekaligus praktisi gamelan, Suraji, menyatakan gamelan bukan hanya seperangkat alat musik berupa saron, gong, dan bonang, kendang, rebab, dan sitar. Di dalamnya, terdapat nilai filosofi dan historis yang panjang. Informasi tentang gamelan terukir pada relief Candi Borobudur.
Penetapan gamelan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Unesco, tidak terbatas hanya gamelan Jawa saja. Namun, alat musik ini telah menyebar ke seantero negeri, mulai dari Bali, Sumatera, dan Kalimantan.
"Yang ditetapkan bukan sekadar gamelan Jawa tapi Gamelan Indonesia," tutur dosen jurusan karawitan itu, Kamis (16/12/2021).
Gamelan pun bukan hanya dimainkan orang Indonesia. Seperangkat alat musik itu sudah dimainkan di Australia, Jepang, hingga benua Afrika. Bahkan, pada saat pandemi banyak mahasiswa dari Jepang yang belajar gamelan, meski lewat daring.
Buku Gamelan
"Kami sudah merancang rencana aksi setelah penetapan Unesco. Di antaranya, akan membuat buku tentang gamelan. Selain itu, kami akan membuat Pusat Studi Gamelan dan museum. Di mana masyarakat bisa belajar tentang itu," katanya.
Selain Pusat Studi Gamelan, pihaknya juga akan membuat semacam workshop pembuatan alat-alat gamelan. Ini karena, di masa pandemi Covid-19, banyak di antara perajin gamelan yang tidak lagi berproduksi.
Itu karena, mahalnya bahan baku dan pemesanan yang jarang, imbas dari tidak adanya pertunjukan offline dalam selama pandemi.
"Gamelan bukan sekedar alat musik, tetapi mencakup juga filosofi yang lebih dalam. Ada kebersamaan kegotongroyongan. Banyak sekali yang bisa diterjemahkan dalam konsep gamelan," ujar Suraji. (*)
Bagikan