nikel
Senin, 29 Januari 2024 21:55 WIB
Penulis:Pratiwi
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, bahwa salah satu penyebab turunnya harga nikel di tingkat dunia karena jumlah permintaan dan ketersediaan nikel saat ini.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah mengungkapkan, harga nikel praktis bakal turun bila persediaan meningkat, sementara permintaan stagnan dan cenderung turun.
“Jadi karakter dari komoditas itu naik turun, disebabkan supply-demand,” kata Agus ditemui di Gedung Kementerian ESDM dilansir pada Senin, 29 Januari 2024.
Profil Thomas Lembong, Eks Menteri Jokowi yang Disebut Gibran di Debat Pilpres
Rekomendasi Saham TLKM Hingga ARTO Hari Ini
Viral di Kalangan Anak-anak, Apa Itu Skibidi Toilet ?
Selain itu, rendahnya penyerapan nikel produksi Indonesia menjadi salah satu pemicu kondisi oversupply atau kelebihan pasokan. Kondisi ini yang membuat harga nikel global jatuh.
Di sisi lain ditemui terpisah, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjelaskan, memang kelebihan supplai di Indonesia bisa menyebabkan rontoknya harga nikel.
Deputi Bidang Promosi dan Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan, anjloknya harga pasar nikel global disebabkan oleh 'taktik' negara-negara Eropa yang ingin turut andil dalam rantai pasok nikel dunia, tetapi tak mempunyai sumber daya komoditas itu secara signifikan.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Kepala BKPM realisasi investasi di bidang hilirisasi atau proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai sepanjang 2023 mencapai Rp375,4 triliun.
Bahlil realisasi investasi di bidang hilirisasi terbesar diperoleh dari sektor mineral yaitu smelter dengan total Rp216,8 triliun. Di mana nikel di angka Rp136,6 triliun, bauksit Rp9,7 triliun dan tembaga diangka Rp70,5 triliun.
Lalu untuk hilirisasi sektor pertanian CPO atau oleochemical di angka Rp50,8 triliun, kehutanan atau Pupl dan paper diangka Rp51,8 triliun.
Dari sektor minyak dan gas terutama di petrochemical realisasi invetasinya sendiri mencapai Rp46,3 triliun dan ekosistem kendaraan listrik dalam hal ini baterai mencapai Rp9,7 triliun.
Bagikan