nikel
Senin, 29 Januari 2024 21:33 WIB
Penulis:Pratiwi
JAKARTA - Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah mengungkapkan, RI akan mulai produksi baterai kendaraan listrik berbasis nikel atau Nickel-Mangan-Cobalt (NMC) pada tahun ini.
Agus menyebut, saat ini proses pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara oleh Hyundai Motor Group. Adapun pabrik ini berlokasi di wilayah Karawang, Jawa Barat.
"Ini pabrik baterai sudah hampir jadi. Produksinya mulai tahun ini," kata Agus ditemui di Gedung Kementerian ESDM dilansir pada 29, Januari 2024.
Lebih lanjut menurut Agus, secara persentase progres pembangunan pabrik baterai di Karawang sudah mencapai 95%. Maka ia pun berharap pada April 2024 ini, pabrik tersebut dapat segera beroperasi.
Sebelumnya, Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho mengatakan, pabrik baterai ini merupakan hasil kerja sama dengan konsorsium asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group.
Di mana siap berproduksi sebesar 10 Giga Watt hour (GWh) cukup untuk 200 ribu kendaraan EV per tahun. Toto mengakui RI kaya raya akan cadangan nikel, namun hal itu belum cukup menjadikan RI sebagai "raja" baterai dunia. Pasalnya, terdapat dua komponen bahan baku baterai yang tidak dimiliki RI, diantaranya seperti material lithium dan graphite.
Toto merinci, untuk komponen baterai terdiri dari katoda terdiri dari 80% oleh nikel, 10% lithium, 10% dari kobalt atau mangan. Dari sisi performa jarak LFP hanya mampu mencapai jarak yang lebih dekat dari NMC. Jarak tempuh baterai LFP diklaim bisa mencapai kurang lebih 700 km. Sedangkan NMC dapat mencapai lebih dari 1000 km.
Lalu berdasarkan pengisian daya, performa fast charging LFP sedikit di bawah NMC. Performa tenaga LFP memiliki kapasitas yang lebih rendah yaitu 3,2 volt dan kurang bekerja dengan baik pada kondisi musim dingin. Sedangkan NMC memiliki kapasitas 3,5 - 3,7 volt yang dapat bekerja baik pada kondisi musim dingin. (*)
Bagikan