Berkunjung ke Makam Cut Nyak Dhien di Sumedang, Jawa Barat
SUMEDANG (sijori.id) - Makam pahlawan nasional Cut Nyak Dhien berada di Sumedang, Jawa Barat.
Pemkab Sumedang akan menata ulang kompleks makam.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, mengemukakan, "Kami akan melakukan penataan dengan membuat jalur baru yang langsung ke makam Cut Nyak Dhien. Untuk itu perlu untuk ada pembebasan lahan. Kami memohon dukungan dan bantuan semua pihak terkait termasuk Pemerintah Aceh dan tokoh-tokoh Aceh."
Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, pada awal tahun 1906. Hal itu dilakukan oleh militer Belanda, guna menghindari serangan balasan dari para pejuang Aceh.
Baca Juga:
Di Sumedang, Cut Nyak Dhien diberi rumah untuk tempat tinggal, yang dekat dengan Masjid Agung Sumedang.
Cut Nyak Dhien dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 116/TK/ Tahun 2015, tanggal 4 November 2015. Namanya diabadikan menjadi nama jalan di berbagai daerah di Indonesia. Namanya juga diabadikan menjadi nama KRI (Kapal Republik Indonesia) Cut Nyak Dhien milik TNI AL.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir. Kepada Mensos, Bupati Dony mengemukakan rencana pemerintah daerah untuk melakukan penataan kompleks makam.
“Kami sampaikan kepada Bu Mensos bahwa kami akan melakukan penataan dengan membuat jalur baru yang langsung ke makam Cut Nyak Dhien. Untuk itu perlu untuk ada pembebasan lahan. Untuk itu kami perlu memohon dukungan dan bantuan dari Ibu Menteri dan semua pihak terkait termasuk Pemerintah Aceh dan tokoh-tokoh Aceh,” katanya.
Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, pada awal tahun 1906. Hal itu dilakukan oleh militer Belanda, guna menghindari serangan balasan dari para pejuang Aceh. Di Sumedang, Cut Nyak Dhien diberi rumah untuk tempat tinggal, yang dekat dengan Masjid Agung Sumedang.
Cut Nyak Dhien dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 116/TK/ Tahun 2015, tanggal 4 November 2015. Namanya diabadikan menjadi nama jalan di berbagai daerah di Indonesia. Namanya juga diabadikan menjadi nama KRI (Kapal Republik Indonesia) Cut Nyak Dhien milik TNI AL.
Mensos, Tri Rismaharini menyempatkan diri berkunjung ke sana untuk mengenang jasa besar Cut Nyak Dhien memperjuangkan kemerdekaan.
Keberadaan makam Cut Nyak Dhien di Sumedang, menurut Mensos, sudah menunjukkan betapa berat perjuangan perempuan pahlawan dari Aceh ini.
“Beliau dimakamkan di sini sebetulnya kan merupakan pembuangan oleh penjajah. Di era itu, dibuang ke Sumedang, sudah seperti dibuang ke negara lain,” kata Mensos di kompleks pemakaman Gunung Puyuh, Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan, Sumedang (22/10/2021).
Perjuangan Cut Nyak Dhien patut menjadi teladan generasi bangsa saat ini. Mensos menyatakan, Cut Nyak Dhien gigih berjuang dan bersikukuh enggan menyerah. Ia terus menggelorakan perlawanan terhadap kolonial Belanda dari pedalaman Aceh, kendati kondisi fisiknya sudah sangat memperihatinkan.
“Beliau tidak mau menyerah. Meskipun sudah lemah dan pandangannya terganggu. Tetap berjuang dari dalam hutan. Kita meraih kemerdekaan dengan berjuang melawan penjajah. Ada beberapa bangsa yang kemerdekaannya diberi oleh penjajah. Kita harus bangga,” katanya.
Mensos ingin generasi muda yang tidak merasakan perjuangan fisik meraih kemerdekaan, agar mengenang, menghargai dan meneladani perjuangan para pahlawan. Menurut Mensos, menekankan pentingnya generasi saat ini paham bahwa kemerdekaan saat ini, ditempuh dengan perjuangan yang luar biasa berat dan panjang oleh para pahlawan, salah satunya oleh Cut Nyak Dhien.
Sikap menghargai dan meneladani perjuangan para pahlawan bisa tumbuh bila mereka mengetahui dan memahai jalannya sejarah terlebih dulu. “Saya saja ngga tahu detil mengapa Cut Nyak Dhien dimakamkan di sini. Apalagi anak-anak sekarang,” katanya.
Oleh karena itu, Mensos tengah memikirkan, suatu konsep kegiatan atau program yang bisa mewadahi kebutuhan tersebut. Mensos berencana mengajak perwakilan kelompok generasi muda berziarah ke taman makam pahlawan nasional secara bergantian setiap tahun. Dalam program tersebut, dimungkinkan keterlibatan Karang Taruna sebagai perwakilan kelompok muda.
Mensos juga merima masukan tentang rencana pemerintah daerah melakukan penataan kompleks makam Cut Nyak Dhien. Terkait rencana Pemerintah Daerah membuat master plan penataan kawasan makam, pada dasarnya Kemensos mendukung bila semangatnya untuk menghargai jasa para pahlawan.
“Nanti kita lihat rencananya daerah dulu. Mudah-mudahan kami bisa membantu dengan anggaran yang terbatas. Saya juga tidak bisa sendiri. Perlu mendiskusikan dengan semua pihak. Selain dengan daerah juga dengan Pemerintah Aceh dengan tokoh-tokoh masyarakat, dan sejarawan. Cut Nyak Dhien ini kan milik bangsa Indonesia,” katanya.