QR Code: Inovasi Triliunan yang Dilepas Tanpa Royalti

Pratiwi - Kamis, 04 September 2025 20:09 WIB
null

JEPANG (sijori.id) - Tahun 1992, di lantai pabrik Denso Wave (anak usaha Toyota), para pekerja kelelahan. Untuk melacak satu komponen mobil saja, mereka harus memindai sepuluh kode batang berbeda. Sistem ini lambat dan membingungkan. Semua orang mengeluh. Semua… kecuali seorang insinyur bernama Masahiro Hara.

Hara, kala itu 35 tahun, pendiam, dan penggemar permainan Go. Saat istirahat siang, dia kerap duduk di sudut, menatap batu hitam dan putih di papan. Suatu hari, sambil memandangi pola Go, sebuah ide melintas: Bagaimana jika kode bekerja seperti permainan ini? Bukan hanya mendatar, tapi juga menurun. Lebih banyak informasi, dalam ruang yang sama.

Obsesi itu menguasainya. Selama enam bulan, Hara meneliti berbagai cetakan—koran, majalah, brosur—mencari pola sempurna yang tak akan tertukar dengan teks biasa. Hingga akhirnya, ia menemukan rasio ajaib: tiga kotak kecil yang bisa dibaca dari sudut mana pun, seketika. Lahirnya QR Code pada 1994 mengubah segalanya.

Perusahaannya, Denso Wave, ingin mematenkan teknologi itu dan menarik royalti. Tetapi Hara memilih jalan berbeda. Ia memutuskan melepas hak paten dan memberikannya secara gratis. Keputusan yang semula dianggap gila. Tapi bagi Hara, perubahan besar tak lahir dari kepemilikan—melainkan dari berbagi.

Hampir tiga dekade kemudian, keputusan itu menggemparkan dunia. QR Code kini memproses miliaran transaksi setiap hari, khususnya di Tiongkok. Nilai pasar pembayaran berbasis QR? Puluhan miliar dolar.

Semua berawal dari satu keputusan: memberi, bukan memiliki.

Editor: Pratiwi

RELATED NEWS