Beaver Supermoon di November Siap Hiasi Langit, Tanda Musim Dingin Semakin Dekat
Langit malam November bakal tampil spektakuler. Bulan purnama berikutnya akan menjadi Beaver Supermoon, supermoon kedua dari tiga yang muncul berturut-turut di tahun 2025. Fenomena ini akan muncul bersamaan dengan puncak hujan meteor Taurid Selatan, disusul Taurid Utara, lalu Leonid yang terkenal di akhir bulan.
Menurut Farmer’s Almanac, Beaver Supermoon tahun ini akan menjadi bulan purnama yang paling dekat dengan Bumi, berjarak sekitar 221.817 mil. Karena jaraknya lebih dekat, penampakan bulan akan terlihat lebih besar dan lebih terang dibanding purnama biasa.
Saat terbit di cakrawala pada Rabu, 5 November 2025, sekitar pukul 08.19 pagi waktu Amerika Timur, bulan akan tampak berwarna oranye keemasan. Warna itu sebenarnya efek ilusi optik karena cahaya bulan melewati lapisan atmosfer yang lebih tebal saat berada rendah di cakrawala.
Asal Nama Beaver Moon
Nama “Beaver Moon” diambil dari tradisi kuno masyarakat asli Amerika Utara dan penjajah Eropa. Bulan purnama di bulan November menandai datangnya musim dingin pertama, saat suhu turun dan es mulai muncul di permukaan tanah. Di masa lalu, ini juga menjadi waktu para pemburu menjerat berang-berang untuk diambil bulunya yang tebal sebelum sungai membeku.
Keindahan Langit Dihiasi Hujan Meteor
Selain supermoon, langit November juga akan dipenuhi hujan meteor spektakuler. Dua di antaranya adalah Taurid Selatan dan Taurid Utara, yang keduanya tampak dari arah rasi bintang Taurus, tak jauh dari bintang terang Aldebaran dan gugusan bintang Pleiades.
Taurid Selatan aktif sejak 20 September hingga 20 November, dengan puncak di malam 4–5 November—tepat saat supermoon muncul. Hujan meteor ini terkenal menampilkan bola api besar (fireballs) yang bergerak lambat namun terang.
Taurid Utara akan mencapai puncaknya pada 11–12 November, menghasilkan tampilan ganda di langit berkat tumpang tindih dengan Taurid Selatan.
Setelah itu, giliran Leonid Meteor Shower yang akan memeriahkan langit dari 6–30 November, dengan puncak pada 18 November dini hari. Hujan meteor Leonid berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle yang terbakar di atmosfer Bumi. Dengan bulan sabit yang redup, pengamat langit berpeluang menikmati 10–15 bintang jatuh per jam di bawah langit gelap.
Bagi pecinta astronomi, November menjadi waktu terbaik untuk menikmati langit malam yang penuh cahaya alami — mulai dari supermoon megah hingga hujan meteor menakjubkan yang akan menerangi langit di berbagai belahan dunia. (*)
