Olimpiade
Selasa, 23 November 2021 05:42 WIB
Penulis:Pratiwi
BANDUNG (sijori.id) -- Pada ajang International Olmypiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) ke-14 tahun 2021, Lima siswa terbaik Indonesia berhasil meraih satu medali perak dan empat medali perunggu.
Medali perak berhasil diraih oleh Andrew Christoffer Prawiro. Sedangkan empat medali perunggu diraih oleh Hafizh Renanto Akhmad, Jonwin Fidelis, Muhammad Sultan Hafiz, dan Nazal Rhinta Hawari.
“Mudah-mudahan menjadi bekal pengalaman dan menjadi inspirasi untuk bidang lainnya. Terima kasih untuk dukungan tim yang beberapa hari ini mendampingi para peserta. Adik-adik dapat membuktikan bahwa kita dapat terus berprestasi dalam keadaan apapun termasuk dalam situasi pandemi seperti ini,” ujar pelaksana tugas (plt) Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Asep Sukmayadi, pada penutupan internal secara daring di Bandung, Minggu (21/11/2021).
Dalam siaran pers Kemdikbudristek, Senin (22/11/2021), disebutkan melalui tambahan 5 medali ini, Puspresnas Kemendikbudristek telah berhasil mengumpulkan 70 medali pada berbagai bidang olimpiade tingkat internasional dari seluruh jenjang.
“Semoga menjadi berkah dan motivasi untuk kita semua,” kata Asep dengan bangga.
IOAA ke-14 dilaksanakan secara daring pada 14 hingga 21 November 2021 dengan Colombia sebagai tuan rumah dan diikuti oleh 298 siswa dari 48 negara. Tim Indonesia melibatkan sembilan orang delegasi yang terdiri dari lima orang peserta, dua orang tim leader, dan dua orang supervisor.
Peserta IOAA 2021 dari Indonesia merupakan siswa terbaik yang memperoleh medali pada pelaksanaan Kompetisi Sains Nasional (KSN) bidang astronomi tahun 2020. Para juara tersebut kemudian terseleksi melalui tiga tahap pembinaan yang dilakukan secara daring.
BACA JUGA
Pembinaan tahap I diikuti oleh 30 orang siswa dan terpilih 15 orang siswa untuk lanjut ke pembinaan tahap II. Pada pembinaan tahap II terleksi 10 orang siswa dan lanjut ke pembinaan tahap III. Di pembinaan tahap III terpilihlah tim Indonesia yang terdiri dari lima orang siswa terbaik yang mengikuti pembinaan akhir hingga melaju ke IOAA 2021.
Selama pelaksanaan olimpiade, siswa-siswa telah melalui 5 ronde utama, yakni ronde analisa data, ronde observasi Matahari, ronde teori, kompetisi tim, dan terakhir ronde observasi Planetarium.
Selain diperlukan stamina individu yang prima, kekompakan tim dalam menjalankan seluruh ronde-ronde juga diperlukan pada kompetisi IOAA kali ini.
“Siswa kita memiliki daya juang yang cukup tinggi, hal itu dibuktikan dengan kemampuan siswa yang dapat menjawab soal-soal yang diberikan. Siswa tidak hanya diuji kecerdasan namun juga ketangguhan dan daya tahan tubuh,” ucap Ketua Tim Indonesia, Hakim L Malasan.
Mekanisme pelaksanaan lomba pada ronde teori, siswa bergelut dengan 15 soal yang terdiri atas soal essay pendek, soal essay medium dan soal essay panjang selama 5 jam. Sedangkan pada ronde analisa data, sebanyak 2 soal panjang harus diselesaikan dalam 3 jam.
Pada ronde observasi sendiri terdiri atas 17 soal Planetarium yang harus diselesaikan dalam waktu 45 menit, dan 11 soal pengamatan Matahari dalam waktu 2 jam.
“Walaupun siswa-siswa unjuk gigi dengan seluruh kecerdasan yang dimilikinya dalam seluruh ronde-ronde tersebut, kebolehan para siswa dalam memberikan suguhan seni budaya negara juga ditantang dalam event IOAA,” kata Hakim L Malasan.
Dalam sesi Cultural Day pada 20 November 2021, siswa-siswa tim Indonesia dengan uniknya menyuguhkan kombinasi tarian dan komedi berjudul “Welcome to Indonesia” yang disambut meriah oleh para peserta lainnya.
Hakim L Malasan menyampaikan, “Menguasai dirgantara menjadi suatu keharusan dan itu dapat dicapai dari hal yang paling basic dulu yakni dengan meningkatkan literasi terhadap sains dan teknologi kedirgantaaraan. Terlepas dari ada olimpiade atau tidak, mempelajari sains adalah hal yang menyenangkan. Semoga astronomi tidak hanya disenangi sebatas olimpiade, tapi juga dapat menjadi bagian dari kehidupan.”
Salah satu tim IOAA Indonesia, Muhammad Sultan Hafiz menyampaikan tantangan yang dihadapi selama menjalankan tes adalah waktu yang tidak lazim.
“Dari jam 5 sore sampai malam hari karena adanya perbedaan waktu dari belahan negara lain,” ujarnya.
Hafiz bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk mengikuit IOAA meskipun hanya meraih medali perunggu.
“Setelah mengikuti ajang ini, saya ingin tetap berkontribusi di bidang olimpiade astronomi seperti membuat soal, menjadi tutor dan lain sebagainya” ungkapnya saat diwawancara.
IOAA merupakan kompetisi sains tingkat internasional di bidang astronomi yang diselenggarakan setiap tahun. IOAA ke-15 akan dilaksanakan di Ukraina pada 12-21 Agustus 2022.
“Semoga ajang ini dapat dimaknai sebagai upaya mencintai sains, mencintai integritas tinggi, untuk nantinya saling bersahabat dan bermanfaat bagi kehidupan,” pungkas Asep Sukmayadi. (*)
Bagikan