Kamis, 05 November 2020 00:18 WIB
Penulis:Minka
JAKARTA (sijori.id) — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memiliki harapan dari pembentukan holding BUMN pariwisata dan pendukung yang kini tengah berlangsung.
Dalam rapat terbatas penggabungan badan usaha milik negara (BUMN) di sektor aviasi dan pariwisata 6 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo menyorot jumlah penurunan kunjungan wisatawan mancanegara.
Momentum itu dijadikan Presiden untuk memperbaiki sektor pariwisata dan penerbangan, salah satunya dengan membuka kemungkinan penggabungan perseroan pelat merah di kedua sektor.
BUMN sektor pariwisata dan aviasi rencananya akan digabungkan ke dalam satu holding. Nantinya, kelompok usaha akan beranggotakan antara lain Garuda Indonesia, PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan rencananya holding akan terbentuk pada akhir tahun. Pihaknya optimistis pembentukan akan berdampak positif bagi pariwisata Indonesia.
“Dengan holding ini, diharapkan sinergi antara BUMN bisa meningkatkan pariwisata Indonesia. Kami di Garuda percaya itu akan terjadi,” ujarnya dikutip dari Bisnis, Selasa (3/11/2020).
Sebelumnya Angkasa Pura I mengungkapkan rencana pembentukan holding pariwisata dan pendukung telah mengalami kemajuan. Rencana itu disebut sebagai salah satu program prioritas Kementerian BUMN di bawah komando Erick Thohir.
Analis PT Sucor Sekuritas Hasan memprediksi Garuda Indonesia mampu meningkatkan kinerja keuangan pada kuartal III/2020. Seiring dengan kondisi itu, rekomendasi emiten berkode saham GIAA itu dinaikkan dari hold menjadi buy dengan target harga Rp280
Kendati demikian, ada sejumlah risiko dari rekomendasi yang diberikan.
Pertama, pemberlakuan kembali pembatasan sosial berskala besar.
Kedua, pemerintah tidak menaikkan batas harga atas.
Ketiga, kenaikan harga minyak dan terakhir perang harga di pasar kargo.
Bagikan