Minggu, 17 Desember 2023 16:38 WIB
Penulis:Pratiwi
Maskapai penerbangan Chile LATAM Airlines (LTM.SN) memproyeksikan laba tahun depan diperkirakan mencapai antara US$2,6 miliar hingga US$2,9 miliar. Hal itu seiring bertambahnya jumlah penumpang dan pengurangan beban utang setelah keluar dari kebangkrutan tahun lalu.
Rekor pendapatan yang diharapkan, diukur dalam pendapatan yang disesuaikan sebelum bunga, pajak, depresiasi, amortisasi, dan biaya restrukturisasi atau sewa (EBITDAR), akan melampaui ekspektasi maksimum untuk tahun ini sebesar US$2,5 miliar.
“Kami menyambut baik pengumuman hari ini, yang seharusnya diterima dengan baik oleh pasar,” kata analis di J. P. Morgan dalam sebuah catatan kepada klien.
Maskapai ini juga mengharapkan pertumbuhan penumpang antara 12% dan 14% tahun depan, melampaui tingkat pertumbuhan 2019 dalam kuartal pertama, dan memperkirakan pendapatan sebesar US$12,4 miliar hingga US$12,8 miliar.
Pertumbuhan penumpang, yang diukur dalam metrik kilometer kursi yang tersedia, juga diperkirakan akan meningkat antara 7% dan 9% di pasar domestik Brasil, tambah maskapai tersebut.
Anak perusahaan kargo dari grup ini mengharapkan pertumbuhan antara 10% hingga 12% dalam operasional mereka, yang diukur dalam ton kilometer yang tersedia, tahun depan.
“LATAM juga memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2024, tingkat utang bersihnya akan berada di kisaran antara 1,8 hingga 2,0 kali lipat, yang mewakili penurunan sekitar 50% dari tingkat utang setelah berhasil keluar dari proses restrukturisasi Bab 11,” ujar maskapai tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, 15 Desember 2023.
“Maskapai ini juga berharap untuk mengakhiri tahun 2024 dengan likuiditas antara US$2,8 miliar dan US$3,0 miliar, serta mempertahankan struktur permodalannya yang kokoh,” katanya. Akhir tahun lalu, LATAM keluar dari proses kebangkrutan terkait pandemi dengan rencana reorganisasi senilai US$8 miliar.
Sebelum bangkrut, LATAM yang berbasis di Santiago, Chile juga memperdagangkan American Depository Receipts (ADR) di Bursa Efek New York. “Niat perusahaan untuk mendaftar ulang di New York harus menjadi pemicu lain yang relevan untuk merangsang perhatian investor asing,” kata analis J. P. Morgan, meskipun waktunya masih belum pasti. (*)
Bagikan