Layar Terkembang di Belakang Padang, Adu Cepat Kolek dan Speed Boat

Rabu, 13 Agustus 2025 16:50 WIB

Penulis:Pratiwi

kolek-belakang-padang.jpg

BATAM (sijori.id) – Langit Belakang Padang sempat berwarna kelabu pada Minggu siang, 10 Agustus 2025. Hujan turun deras, tapi riuh tepuk tangan warga tak surut. Di Dataran Langlang Laut, puluhan perahu layar tradisional kolek, speed boat, dan ketinting berbaris di garis start. Bendera pelepas diangkat, dan pesta air pun dimulai.

Perlombaan yang digelar untuk memeriahkan HUT ke-80 Republik Indonesia ini diresmikan oleh Wali Kota Batam Amsakar Achmad dan Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra. Mereka melepas secara simbolis Speed Boat dan 13 sampan layar kategori Kolek 9, salah satu kelas yang paling ditunggu penonton.

Tiga kategori kolek dipertandingkan—Kolek 9, Kolek 7, dan Kolek 5—dengan total 35 peserta. Dari anak-anak muda pesisir hingga nelayan kawakan, semua ikut adu cepat di laut yang bergelombang ringan. Ribuan warga se-Kecamatan Belakang Padang memenuhi tepian dermaga, membawa payung, kamera ponsel, dan semangat yang tak kalah kencang dari angin yang mengembungkan layar.

Hadir pula sejumlah tokoh penting, antara lain Anggota DPR RI Endipat Wijaya, Wakil Gubernur Kepri Nyanyang Haris Pratamura, Kapolda Kepri Irjen Pol. Asep Safrudin, Ketua DPRD Kepri Iman Setiawan, Kabinda Kepri Bonar Panjaitan, dan Wakil Ketua I DPRD Batam Aweng Kurniawan.

Bagi Amsakar, pesta laut ini lebih dari sekadar adu kecepatan perahu. “Mari kita jadikan kegiatan seperti ini sebagai ruang silaturahmi, ajang mempererat persatuan, dan kesempatan untuk menjunjung tinggi sportivitas,” ujarnya di tengah kerumunan.

Wakil Wali Kota Li Claudia menambahkan bahwa semangat kompetisi harus sejalan dengan pembangunan kota. Ia menegaskan komitmen Pemkot Batam untuk terus membangun infrastruktur, meningkatkan layanan publik, mengembangkan sumber daya manusia, dan membuka lapangan kerja. “Selamat menikmati pesta rakyat ini. Semoga acara ini membawa kebahagiaan, semangat baru, dan manfaat besar bagi kita semua,” katanya.

Di ujung acara, matahari sore mulai mengintip dari balik awan. Layar-layar kolek masih mengembang, memantulkan cahaya keemasan. Bagi warga Belakang Padang, ini bukan sekadar lomba, tapi juga warisan budaya yang layak dijaga—pesta rakyat yang mengikat laut, angin, dan manusia dalam satu tarikan layar.