Hadirkan Beragam Terobosan, Pelaku Industri Properti Optimis Bisnis Akan Tetap Tumbuh Positif Tahun 2023
JAKARTA – Situasi ekonomi global yang diperkirakan akan memburuk di tahun 2023 tidak menyurutkan keyakinan pelaku industri properti di Tanah Air untuk tetap optimis menatap tahun depan. Dengan berbagai terobosan dan inisiatif baru, para pengembang yakin bahwa bisnis mereka akan tumbuh positif di tahun depan.
Marketing Director PT Agung Podomoro Land Tbk Agung Wirajaya menyampaikan optimismenya bahwa industri properti akan tetap tumbuh positif tahun depan.
Menurutnya, ekonomi Indonesia memiliki fundamental yang baik dan diprediksi akan terus tumbuh positif di 2023.
Melalui berbagai strategi dan inisiatif baru, Agung Podomoro mampu memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 selama tiga tahun terakhir dengan pertumbuhan bisnis yang sangat positif.
"Dengan berbagai perubahan pasca-COVID-19, sebagai pengembang kami dituntut untuk melakukan berbagai terobosan agar proyek-proyek properti kami sesuai dengan kebutuhan masa kini dari konsumen. Strategi itu yang telah dilakukan oleh Agung Podomoro dalam tiga tahun terakhir dan berhasil," jelas Agung dalam diskusi publik Optimisme Ekonomi dan Sektor Properti dalam Menatap 2023 di Hotel The Westin Jakarta, Rabu malam, 23 November 2022.
Sebagai contoh, pada saat pandemi, Agung Podomoro meluncurkan hunian di Kota Podomoro Tenjo dan terjual hingga 4.500 unit. Bahkan, apartemen Podomoro City Deli Medan yang di bangun APL di Medan sold out dalam waktu singkat.
“Saat orang mundur, kami selalu terus melaju. Di saat orang menahan penjualan dan ekspansi, kami jalan terus sebab kebutuhan hunian masih sangat besar sekali gap-nya. Sekarang sudah mencapai 12,7 juta, dan pasti setiap tahun akan bertambah terus jumahnya. Kalau pun seluruh pengembang bergabung, belum tentu dapat memenuhi kebutuhan hunian yang sangat besar itu,” kata Agung.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III-2022 perekonomian Indonesia tumbuh 5,72% secara tahunan. Angka itu lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal II-2022 yang sebesar 5,44% secara tahunan.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David E. Sumual mengatakan, tren pertumbuhan ekonomi yang positif ini tentunya akan terus dijaga oleh pemerintah. Bahkan, di saat situasi ekonomi masih wait and see, beberapa instrumen investasi justru akan mengalami kenaikan, misalnya emas dan properti.
Menurut David, banyak bank juga belum menaikkan suku bunga KPR kendati suku bunga acuan Bank Indonesia telah beberapa kali naik.
Oleh karena itu, David menilai investasi properti akan tetap menarik mengingat tren harga kenaikan harga properti masih akan terus terjadi. Properti juga menjadi sebagai salah satu instrumen investasi yang aman.
David melihat, peran sektor properti dibuktikan lewat kontribusi terhadap PDB. Pada kuartal II 2022 kontribusi sektor kontruksi terhadap PDB mencapai 9,14%, dan 2,47% untuk real estate.
Selain itu, pertumbuhan juga ditunjukkan oleh sektor properti pada kuartal II-2022 dengan capaian yang melampaui level sebelum pandemi sebesar 2,16% (yoy) untuk real estate, dan 1,02% (yoy) untuk konstruksi.
"Indeks Demand Properti Komersial pada kuartal II-2022 juga naik sebesar 1,58% (yoy). Hal ini memberikan keyakinan bahwa sektor properti masih akan tetap tumbuh, apalagi perbankan akan tetap menjaga tingkat suku bunga KPR di level yang terjangkau konsumen," jelas David dalam diskusi tersebut.
Hal senada diungkapkan Presiden Direktur PT ERA Indonesia Darmadi Darmawangsa. Optimisme pelaku usaha sektor properti ditandai dengan banyaknya developer yang tetap meluncurkan proyek baru meskipun kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih pascapandemi.
“Itu dikarenakan hunian merupakan kebutuhan primer sehingga demand akan selalu ada. Masih banyak sekali orang yang butuh hunian dan belum terpenuhi,” katanya.
Dalam kurun 40 tahun terakhir, lanjut Darmadi, 90% penduduk kelas menengah atas di Indonesia kekayaannya berasal dari kepemilikan properti.
“Kalau tidak investasi di properti, pasti kekayaannya akan tergerus inflasi sebab salah satu yang bisa menutup inflasi memang dari kenaikan harga properti,” katanya.
Besaran kenaikan harga properti memang tidak dapat diukur pasti. Namun, berdasarkan pengalaman Darmadi, kenaikannya selalu di atas inflasi.
“Bukan hanya properti, kenaikan harga komoditas lain juga tidak dapat diprediksi. Coba lihat harga batubara April 2021 saat pandemi, harganya hanya US$51 (Rp802.179 dalam asumsi kurs Rp15.729 perdolar Amerika Serikat/AS). Namun, setelah pandemi di Oktober 2022 harganya sudah melesat US$351 (Rp5,52 juta). Jadi sebenarnya saat ini best time to invest di properti,” tutur Darmadi.
- Fakta Menarik Pembukaan Piala Dunia 2022
- PT KAI: Tiket untuk Libur Natal dan Tahun Baru Bisa Dipesan
- Perbedaan Permenaker 18 Tahun 2022 dengan PP Nomor 36 Tahun 2021
Chief Marketing Officer Bukit Podomoro Jakarta Zaldy Wihardja mengatakan, keyakinan APL dalam menatap 2023 itu dibuktikan dengan tetap berinvestasi dan membangun properti di kawasan Jakarta Timur.
Hal itu dilakukan sebagai strategi untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan aset dengan pertumbuhan nilai tinggi juga kawasan perumahan mewah yang didambakan dan ditunggu warga Jakarta Timur.
Di Jakarta Timur, Zaldy mengungkapkan, kenaikan harga tanahnya relatif terlambat dibandingkan wilayah Jakarta yang lain.
Akan tetapi, dalam waktu lima tahun terakhir kenaikannya paling tinggi, apalagi pemerintah DKI Jakarta berencana untuk menjadikan kawasan Jakarta Timur sebagai kawasan hunian, bukan lagi industri.
"Kami membangun Bukit Podomoro Jakarta karena potensi pertumbuhannya masih sangat tinggi. Saat ini harga tanahnya masih sekitar 20-25 juta permeter, separo dari harga di Jakarta Pusat dan Selatan, tapi saya yakin 3-4 tahun lagi harga tanah di Jakarta Timur akan melejit," ungkapnya. Jakarta Timur, tambah Zaldy, merupakan daerah Sunriseyang tersimpan di Jakarta dan siap menjadi daerah emas baru selanjutnya.
Zaldy lalu mencontohkan kenaikan harga rumah di Bukit Podomoro satu tahun terakhir yang berkisar 10-15 persen. Kenaikan tersebut, sudah lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi.
“Properti pasti naik terus. Kalaupun stagnan, pasti tidak lama akan naik lagi. Selain itu, properti memiliki risiko yang terukur, karena asetnya memiliki wujud alias dapat ditinggali,” pungkasnya.