Selasa, 28 Februari 2023 05:05 WIB
Penulis:Pratiwi
CHISINAU (sijori.id) - Presiden Moldova Maia Sandu menuduh Rusia menggunakan "penyabot" yang menyamar untuk memicu kerusuhan di tengah periode ketidakstabilan politik. Ini menggemakan peringatan serupa dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin balik menuduh Kyiv merencanakan serangan di wilayah pro-Rusia di Moldova. Wilayah di mana Moskow memiliki pijakan militer.
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Sandu di sela-sela perjalanannya ke Warsawa minggu lalu untuk memperingati satu tahun invasi Rusia. Gedung Putih mengatakan dalam pertemuan itu Biden menegaskan kembali dukungan untuk kedaulatan dan integritas wilayah Moldova.
Apa Sebenarnya yang Terjadi di Moldova?
Awal Februari 2023 ini, Volodymir Zelensky memperingatkan bahwa intelijen Ukraina mencegat rencana Rusia untuk mengacaukan situasi politik yang sudah bergejolak di Moldova.
Pengunduran diri perdana menteri negara baru-baru ini mengikuti periode krisis yang sedang berlangsung yang ditandai dengan melonjaknya harga gas dan inflasi yang setinggi langit.
Perdana menteri baru Moldova melanjutkan gerakan pro-Uni Eropa. Tetapi demonstrasi pro-Rusia telah terjadi di ibu kota Chisinau. Gerakan yang didukung oleh partai politik pinggiran pro-Moskow.
Di tengah ketegangan, Presiden Moldova Sandu mengeluarkan tuduhan langsung bahwa Rusia berusaha memanfaatkan situasi tersebut.
Iulian Groza, mantan wakil menteri luar negeri Moldova dan sekarang direktur Institut Kebijakan dan Reformasi Eropa mengatakan ancaman dari Rusia untuk meningkatkan perang terhadap negara kecil itu sangat tinggi.
Menurutnya Moldova adalah negara yang paling terkena dampak dari perang Ukraina. “Negara ini kecil dengan ekonominya masih terbelakang. Ini itu menimbulkan banyak tekanan,” katanya dikutip CNN 26 Februari 2023.
Terlepas dari pernyataan tidak bersalah Moskow, tindakannya terhadap Moldova memiliki kemiripan dengan langkah yang diambilnya sebelum aneksasi Krimea pada tahun 2014. Dan juga invasi skala penuh ke Ukraina tahun lalu.
Baru-baru ini Putin mencabut keputusan kebijakan luar negeri 2012 yang sebagian mengakui kemerdekaan Moldova.
Beberapa hari kemudian Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina mempersiapkan provokasi bersenjata terhadap wilayah separatis Transnistria di Moldova yang pro-Rusia. Rencana itu disebut akan dilakukan dalam waktu dekat.
Tidak ada bukti atau perincian lebih lanjut yang ditawarkan untuk mendukung tuduhan kementerian Rusia. Dan tuduhan itu juga telah dibantah oleh Moldova.
Tetapi klaim tersebut telah membuat para pemimpin Barat waspada. Situasi ini datang hampir tepat setahun setelah Putin membuat klaim yang serupa bahwa Rusia menjadi sasaran di Donbas. Di mana Moskow telah mendukung separatis militan sejak 2014. Klaim itu yang dijadikan dasar baginya untuk memulai serangan ke Ukraina.
Groza melihat melihat aktivitas konstan Rusia yang mencoba mengeksplorasi dan mengeksploitasi ruang informasi di Moldova menggunakan propaganda. Semua instrumen yang digunakan Rusia sebelumnya telah diperbanyak dan diintensifkan. Salah satunya pengaktifan kembali proksi politik Rusia di Moldova.
Mengapa Rusia Memiliki Pijakan di Moldova?
Pusat kepentingan Rusia di Moldova adalah Transnistria. Wilayah yang memisahkan diri yang merayap di sepanjang sisi timur negara itu. Daerah ini telah menampung pasukan Rusia selama beberapa dekade.
Teritori seluas 1.300 mil persegi itu berada di di tepi timur Sungai Dniester. Dan merupakan lokasi pos terdepan militer Rusia selama tahun-tahun terakhir Perang Dunia II.
Pada zaman kuno Moldova merupakan bagian dari Dacia yang jatuh ke tangan Romawi. Sebagian besar wilayah Moldova merupakan bagian dari Kepangeranan Moldavia pada abad pertengahan. Bagian timur kepangeranan ini lalu dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia pada tahun 1812 dan wilayah ini dikenal sebagai Bessarabia.
Pada saat pembubaran Kekaisaran Rusia tahun 1917, Republik Demokratik Moldavia didirikan yang selanjutnya bersatu dengan Rumania Raya pada tahun 1918. Pada tahun 1940 Bessarabia diduduki oleh Uni Soviet dan dibagi antara Republik Sosialis Soviet Ukraina dan Republik Sosialis Soviet Moldova. Dengan runtuhnya Soviet tahun 1991, Moldova menyatakan kemerdekaannya.
Ketika Moldova merdeka pada tahun berikutnya, Rusia dengan cepat memasukkan dirinya sebagai apa yang disebut pasukan penjaga perdamaian di Transnistria. Mereka mengirim pasukan untuk mendukung separatis pro-Moskow di sana.
Perang dengan pasukan Moldova pun terjadi. Dan konflik berakhir dengan jalan buntu pada tahun 1992. Transnistria tidak diakui secara internasional, bahkan oleh Rusia. Tetapi pasukan Moldova meninggalkannya sebagai negara de facto yang memisahkan diri.
Kebuntuan itu telah membuat wilayah itu dan sekitar 500.000 penduduknya terjebak dalam ketidakpastian dengan Chisinau hampir tidak memegang kendali atasnya hingga hari ini.
Mengapa Moldova Penting?
Moldova adalah negara di persimpangan antara timur dan barat. Pemerintahnya dan sebagian warganya menginginkan hubungan yang lebih dekat dengan Uni Eropa. Dan negara tersebut mencapai status pencalonan tahun lalu. Tetapi itu juga rumah bagi faksi sempalan yang sentimennya ingin digoyahkan oleh Moskow.
Itu telah menjadi titik nyala di pinggiran invasi Rusia ke Ukraina selama setahun terakhir. Beberapa rudal Rusia disebut melintasi wilayah udara Moldova pada beberapa kesempatan, termasuk awal bulan ini.
Serangkaian ledakan di Transnistria April lalu memicu kekhawatiran bahwa Putin ingin menyeret wilayah itu ke dalam invasinya.
Kemajuan militer Rusia yang terseok-seok sejak saat itu telah menghilangkan ketakutan itu untuk sementara. Tetapi para pejabat di Moldova memperingatkan Barat bahwa negara mereka bisa menjadi yang berikutnya dalam daftar Putin.
Pada Januari 2023 lalu, kepala Dinas Keamanan Moldova memperingatkan ada risiko sangat tinggi bahwa Rusia akan melancarkan serangan baru di timur Moldova pada tahun 2023. Moldova bukan anggota NATO, Ini membuatnya lebih rentan terhadap agenda Putin.
Jika Rusia meluncurkan serangan Musim Semi yang berpusat di selatan Ukraina, Rusia mungkin akan berusaha lagi untuk merayap menuju Odesa. Dan kemudian terhubung dengan Transnistria yang menciptakan jembatan darat yang melintasi Ukraina selatan sert beberapa inci lebih dekat ke wilayah NATO. (*)
Bagikan