Plastik dari Bambu, Tahan Lama dan Mudah Terurai di Tanah

Kamis, 09 Oktober 2025 20:27 WIB

Penulis:Pratiwi

Editor:Pratiwi

bambu.jpg

(sijori.id) - Plastik keras berbahan dasar bambu terbukti memiliki kekuatan dan daya tahan setara dengan plastik konvensional berbasis minyak bumi yang umum digunakan pada peralatan rumah tangga dan interior mobil. Bedanya, plastik dari bambu ini dapat didaur ulang dan mudah terurai di dalam tanah.

Dalam beberapa tahun terakhir, plastik yang berasal dari bahan biologis atau bioplastik semakin populer. Namun, porsinya masih sangat kecil—sekitar 0,5 persen dari lebih dari 400 juta ton plastik yang diproduksi setiap tahun di seluruh dunia. Salah satu kendalanya adalah kekuatan mekanik bioplastik yang umumnya lebih rendah dibandingkan plastik berbasis minyak serta keterbatasannya dalam proses manufaktur standar.

Tim peneliti yang dipimpin Dawei Zhao dari Shenyang University of Chemical Technology, Tiongkok, kini berhasil mengembangkan metode baru untuk menghasilkan plastik berkinerja tinggi dari selulosa bambu. Plastik ini mampu menyamai, bahkan melampaui, sifat fisik banyak plastik yang umum digunakan.

“Bambu tumbuh dengan sangat cepat sehingga menjadi sumber daya yang sangat terbarukan dan berkelanjutan. Namun, sejauh ini pemanfaatannya masih terbatas pada produk tradisional seperti anyaman,” ujar Zhao.

Dalam penelitiannya, tim Zhao terlebih dahulu memproses bambu dengan seng klorida (zinc chloride) dan asam sederhana untuk memutus ikatan kimia kuat pada seratnya, menghasilkan molekul selulosa berukuran lebih kecil. Setelah itu, mereka menambahkan etanol sehingga molekul-molekul tersebut tersusun ulang menjadi plastik padat dan kuat.

Menurut Andrew Dove dari University of Birmingham, Inggris—yang tidak terlibat dalam penelitian—plastik dari bambu ini memiliki kekuatan sebanding dengan plastik rekayasa (engineering plastics) yang lazim digunakan pada kendaraan, peralatan rumah tangga, dan konstruksi. Meski demikian, tingkat kekakuannya membuat plastik ini belum bisa menggantikan jenis plastik utama seperti polietilena (PE) dan polipropilena (PP) yang banyak dipakai untuk kemasan. “Kendati begitu, sebagai alternatif untuk plastik rekayasa, inovasi ini berpotensi mengurangi ketergantungan pada bahan berbasis fosil,” kata Dove.

Meski biaya produksinya masih lebih tinggi dibandingkan plastik konvensional, tim Zhao menemukan bahwa plastik bambu ini dapat didaur ulang sepenuhnya dengan mempertahankan sekitar 90 persen kekuatan aslinya. Hal ini membuka peluang agar bahan tersebut menjadi lebih ekonomis di masa depan. Selain itu, peneliti melaporkan bahwa plastik ini dapat terurai dalam waktu sekitar 50 hari, meski klaim semacam itu pada jenis bioplastik lain sering kali masih diperdebatkan. (*)