Jepang Luncurkan Pembangkit Listrik Osmosis Pertama di Asia

Selasa, 09 September 2025 19:58 WIB

Penulis:Pratiwi

osmosis.jpg

JEPANG (sijori.id) - Di pagi lembap Fukuoka, Jepang menyalakan sumber energi bersih yang jarang terdengar: listrik dari percampuran air tawar dan air laut. Pembangkit listrik osmosis pertama di Asia resmi beroperasi.

“Ini langkah berarti—mungkin awal dari jawaban kita terhadap perubahan iklim,” kata Kenji Hirokawa, Direktur Pusat Desalinasi Air Laut, seperti dikutip Gizmodo.

Fasilitas ini menjadi yang kedua di dunia setelah Denmark memulai teknologi serupa pada 2023. Versi Jepang lebih besar dan menjadi tonggak baru untuk sumber energi terbarukan yang selama ini belum populer.

Pembangkit ini akan memproduksi sekitar 880 ribu kilowatt-jam per tahun—setara untuk menggerakkan fasilitas desalinasi dan memenuhi kebutuhan listrik 220 rumah. Bandingkan dengan dua lapangan sepak bola panel surya, tapi pembangkit osmosis bekerja tanpa henti, siang dan malam, dalam cuaca apa pun.

 

Bagaimana Cara Kerjanya?

Osmosis adalah proses alami ketika air berpindah dari wilayah rendah garam ke wilayah tinggi garam melalui membran semi-permeabel. Pembangkit listrik ini memanfaatkan tekanan yang tercipta dari proses itu untuk menggerakkan turbin.

Fasilitas di Fukuoka menggunakan air laut pekat—limbah dari proses desalinasi—untuk meningkatkan perbedaan salinitas, sehingga energi yang dihasilkan lebih besar.

Teknologi ini 100 persen terbarukan, tanpa emisi karbon, dan stabil karena laut tidak pernah habis. “Ini sumber energi yang bisa bekerja 24 jam sehari, sepanjang tahun,” ujar Hirokawa kepada NHK.

 

Kenapa Belum Populer?

Meski terdengar sederhana, pembangkit osmosis sulit ditingkatkan skalanya. Pompa memerlukan energi besar, sementara gesekan pada membran mengurangi efisiensi. “Energi bersih memang dihasilkan, tapi banyak yang hilang di prosesnya,” kata Sandra Kentish, pakar teknik kimia dari Universitas Melbourne.

Meski begitu, penelitian tak berhenti. Proyek uji coba muncul di Norwegia, Korea Selatan, Spanyol, hingga Qatar. Australia sempat menghentikan prototipe selama pandemi, tapi ilmuwan ingin menghidupkannya lagi.

Di Fukuoka, Akihiko Tanioka, pionir teknologi ini, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. “Saya berharap ini menyebar, bukan hanya di Jepang, tapi ke seluruh dunia,” kata dia.

 

Harapan Baru Energi Terbarukan

Saat ini, kontribusi listrik osmosis masih sangat kecil. Namun para ahli menilai, jika tantangan teknis teratasi, teknologi ini bisa memenuhi hingga 15 persen kebutuhan listrik global pada 2050. Keunggulannya ada pada konsistensi: angin bisa berhenti, matahari bisa tertutup awan, tapi sungai selalu mengalir ke laut.

Pembangkit di Fukuoka mungkin kecil dalam skala global, tapi nyata. Dan menjadi yang pertama di Asia. Jika tren energi bersih terus mendesak, mencampur air tawar dan air asin bisa jadi bagian masa depan. (*)