campak
Minggu, 22 Januari 2023 22:23 WIB
Penulis:Pratiwi
JAKARTA (sijori.id) - Campak dapat menjadi penyakit yang berbahaya jika terjadi komplikasi. Campak dapat menimbulkan penyakit diare berat hingga kematian. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan yang dikhawatirkan dari campak adalah jika terjadi komplikasi.
“Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ujar Prima pada konferensi pers perkembangan kasus campak, Jumat 20 Januari 2023 seperti yang dikutip dari Sehat Negeriku pada 22 Januari 2023.
Secara umum, gejala campak dapat berupa emam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal.
Campak disebabkan oleh virus campak dan disebarkan melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Campak ini juga salah satu penyakit yang sangat menular.
Pencegahan campak hanya bisa dilakukan dari imunisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan imunisasi sesuai jadwalnya agar anak-anak terhindar dari campak.
Keadaan di Indonesia dalam 2 tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak dari pandemi COVID-19 membuat cakupan imunisasi tidak diterapkan dengan baik. Penurunan cakupan imunisasi secara signifikan karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak anak tidak diimunisasi.
Indonesia sepanjang 2022 sudah ada 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB). Suatu daerah disebu KLB jika ada minimal 2 kasus campak di daerah tersebut yang sudah dikonfirmasi secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.
“Selama tahun 2022 jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus–kasus ini menyebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi,” ucap Prima seperti yang dikutip dari Sehat Negeriku pada 22 Januari 2023.
Jumlah kasus ini didapat selama kurun waktu 1 tahun dari Januari sampai Desember 2022. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 itu artinya ada peningkatan yang cukup signifikan kurang lebih 32 kali lipat.
Hal ini bisa disebabkan karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin. Sehingga banyak anak-anak yang tidak diimunisasi rutin akibat COVID-19.
Pemerintah melakukan penguatan surveilans campak dan rubella. Jadi kasus yang diduga campak rubella, yaitu pasien yang mengalami demam dan ruam-ruam, harus diambil spesimennya dan diperiksa di laboratorium.
Penguatan surveilans dilakukan dengan segera menemukan kasus suspek campak rubella dan segera melaporkan supaya pasien dapat penanganan segera dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemerintah juga menargetkan eliminasi campak rubella pada 2023 secepatnya. Eliminasi itu adalah suatu keadaan saat kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini, sehingga tentu tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Tapi dengan adanya kenaikan kasus campak di negara kita tentu mimpi untuk mencapai eliminasi ini menjadi agak sulit untuk bisa merealisasikannya tahun ini. (*)
Bagikan