Presiden Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong un Bertemu di Rusia

Kamis, 14 September 2023 08:21 WIB

Penulis:Pratiwi

kim putin.jpg

 

 

MOSKOW  (sijori.id) - Presiden Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong un Rabu 13 September 2023 bertemu di Rusia. Sebuah sinyal kuat menguatnya hubungan dua negara yang saat ini sama-sama terkunci sanksi internasiaonal.

Putin menyambut Kim di Vostochny Cosmodrome. Tempat  tempat peluncuran roket luar angkasa di provinsi Amur. Wilayah  di Timur Jauh Rusia yang terpencil. Lokasi pertemuan seperti membenarkan perkiraan sebelumnya bahwa Korea Utara meminta teknologi ruang angkasa sebagai imbalan pihaknya akan memasok senjata ke Moskow. Selain satelit Pyongyang juga mengharapkan Putin mau memberikan teknologi kapal selam nuklir.

Putin secara tidak langsung mengatakan siap membantu Korea Utara membangun teknologi ruang angkasa. “Itulah kenapa pertemuan dilakukan di sini (Vostochny Cosmodrome),” kata Putin.

Korea Utara seperti diketahui belum berhasil dalam bidang ini. Dua kali negara ini meluncurkan satelit militer. Dan dua kali gagal.

Saat bertemu dengan Putin, Kim secara tegas menyatakan dukungannya kepada Rusia. Termasuk dalam hal perang di Ukraina. Dia mengatakan kedua negara akan bersama-sama melawan imperialism. “Saya berterimakasih atas sambutan anda di Rusia,” kata Kim.

Namun dalam pertemuan tersebut tidak disinggung soal potensi pengiriman senjata oleh Korea Utara. Putin mengatakan pertemuan fokus pada masalah ekonomi dan kemanusiaan.

Kedua pemimpin bertemu dan mengadakan pembicaraan tertutup selama lebih dari satu jam. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan mengatakan  tidak ada rencana kedua pimpin itu menandatangani dokumen perjanjian.

Ketika ditanya tentang laporan perundingan senjata antara keduanya, Peskov mengatakan hubungan penuh antara kedua negara menyiratkan dialog dan interaksi di bidang sensitive. Termasuk militer.

Dia mengatakan semua masalah hanya menyangkut dua negara berdaulat. Dan hal ini tidak boleh menjadi perhatian negara ketiga mana pun. Kerja sama kami dilakukan demi kepentingan rakyat kedua negara dan  tidak merugikan siapa pun.

Pertemuan Putin dan Kim merupakan yang kedua kalinya terjadi. Keduanya bertemu pada 2019 di Moskow. Saat itu posisi Rusia masih berada dalam kelompok negara-negara yang menekan Korea Utara terkait program nuklirnya.
 

 

Korea Utara Untung

Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton memperingatkan  pertemuan antara Vladimir Putin dan Kim Jong Un cukup signifikan. Dan akan  lebih dari sekadar potensi kesepakatan senjata.

Menurutnya, dari sudut pandang Korea Utara hal ini membuat mereka kembali melakukan kontak signifikan dengan Rusia untuk pertama kalinya sejak runtuhnya Uni Soviet. Pada masa Perang Dingin, Korea Utara mempermainkan China melawan Uni Soviet dengan sangat baik. Seperti halnya Perang Korea. Namun menambahkan bahwa setelah Uni Soviet runtuh, Korea Utara malah menjadi semakin bergantung pada China.

Kerja sama militer antara Moskow dan Pyongyang memiliki sejarah sejak dukungan Stalin terhadap kakek Kim pada awal Perang Korea pada tahun 1950. Namun kerja sama ini telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir.. Terutama  ketika Rusia mendukung penerapan sanksi terhadap Korea Utara.

Bolton menambahkan pertemuan dan kemungkinan kesepakatan antara Kim dan Putin memberi Korea Utara masa depan. Mereka berpotensi  mendapatkan minyak dan gas langsung dari Rusia, serta mendapatkan teknologi tinggi. “Saya berpikir  pemenang terbesar di sini adalah Kim Jong Un.”

Namun   hubungan yang lebih kuat antara keduanya juga akan meningkatkan pengaruh Rusia di Korea dan Semenanjung Korea dan  kawasan di sekitarnya.

Rusia di sisi lain membutuhkan dukungan negara lain untuk melanjutkan perangnya di Ukraina. Pertempuran intensitas tinggi terbukti menjadikan Moskow membutuhkan pasokan senjata luar. Bersama Iran, Korea Utara akan berada di belakang Rusia. Sementara China meski diyakini memberikan dukungan kepada Rusia, mereka masih bersikap hati-hati. Ini mengingat China juga memiliki kepentingan besar terkait hubungannya dengan Eropa dan Amerika.

Sejumlah pengamat meragukan apakah Korea Utara benar-benar mampu memasok senjata ke Rusia. Pavel Luzin seorang pengamat spesialisai Rusia mengatakan persediaan senjata korea Utara sendiri masih terbatas.

Kemungkinan yang bisa terjadi, Putin mencoba membuka pintu aliran senjata dai china. Korea Utara bisa menjadi saluran pasokan senjata dari negara tersebut.

Apapun itu pertemuan ini akan mendapat perhatian besar dari Amerika dan sekutunya. Kedua musuh mereka telah berjabat tangan. Dan ini akan memberikan tantangan besar bagi mereka. Tetapi sejauh mana hasil dan dampak dari pertemuan tersebut, hanya waktu yang akan menjawab. (*)
 

Tags:Rusia